JATI BELANDA
(Guazuma Ulmifolia L.)
BOTANI
Jati belanda termasuk tanaman perdu atau phon yang tingginya bisa mencapai 20 m. Tanaman ini masuk dalam familia Sterculiaceae. Tanaman ini berasal dari Amerika, kemudian dibawa oleh orang Portugis ke Indonesia dan dikultivasikan di Jawa Tengah dan jawa Timur. Ciri-ciri tanaman ini adalah daun berbentuk bulat telur sampai lanset, pangkalnya menyerong berbentuk jantung, bagian ujung tajam, permukaan bagian atas berambut jarang, permukaan bawah berambut rapat. Batangnya keras, berbentuk bulat, permukaan kasar dan banyak alur, berkayu, bercabang, warna hijau agak putih. Bunga tunggal, bulat di ketiak daun. Buahnya berbentuk kotak, bulat, keras, dan berwarna hijau. Bijinya kecil, keras dan berwarna coklat muda.
KEGUNAAN DAN KEAMANAN
Penggunaan secara empiris oleh masyarakat sering digunakan sebagai obat pelangsing, sedangkan bijinya digunakan untuk menghentikan diare dan sebagai karminatif.
Penggunaan seduhan daun jati Belanda secara oral dan terus menerus selama 1 bulan dapat meningkatkan aktifitas SGPT dua kali normal dengan dosis 500 mg/bb, namun setelah diteruskan selama 3 bulan akan kembali normal.
Beberapa peneltian farmakologis menyebutkan bahwa daun Jati Belanda dapat menghambat pertambahan berat badan dan mengurangi lemak tubuh.
KHASIAT DAN PEMANFAATAN EMPIRIS
1. Rebusan biji Jati Belanda yang dibakar seperti kopi bisa diminum untuk obat sembelit. Biji Jati belanda yang dibakar dan dilumatkan di dalam air ditambah adas bermanfaat mengobati perut kembung dan sesak nafas.
2. Untuk obat pelangsing, dipakai kira-kira 20 gram serbuk daun jati Belanda, diseduh dengan 1 gelas air matang panas, setelah dingin kemudian disaring. Hasil dari penyaringan diminum sehari dua kali pada pagi dan sore.
BUDIDAYA.
Tanaman Jati belanda dapat berkembang biak secara generatif menggunakan bijinya. Buah yang sudah tua pada tanaman ini akan pecah dengan sendirinya dan melemparkan biji-bijinya yang kecil tersebar ke sekitar tempat tumbuh induknya. Tanaman ini juga mudah dikembangbiakkan dengan vegetatif menggunakan stek batang atau cangkok. Untuk membudidayakan tanaman jati Belanda, hal yang terpenting adalah pemilihan lokasi dan pemilihan tempat tanaman yang cukup mendapat sinar matahari.
1. Pembibitan.
Pembuatan bibit tanaman Jati Belanda dilakukan dengan menggunakan cara generatif menggunakan biji atau benih tanaman.
Benih disemaikan dahulu dalam bak persemaian yang berisi campuran pasir dan kompos dengan perbandingan 1:1. Setelah benih berkecambah, kira-kira 2 minggu, atau setelah berdaun 3-4 helai, maka segera dipindahkan ke dalam plastik yang berisi campuran tanah dan kompos. Setelah bibit berumur 6 minggu, kemudian bibit siap untuk ditanam.
2. Pengolahan Lahan dan Penanaman.
Pengolahan lahan dimulai dengan mencangkul lahan sedalam kira-kira 30 cm, kemudian lahan dibagi menjadi petak-petak. Di dalam petak-petak lalu dibuat lubang penanaman diameter 20 cm dan dalam 25 cm. Tiap lubang tanam diberi pupuk kandang sebanyak 5 kg/lubang dan TSP sebanyak 10 gram/lubang sebagai pupuk dasar. Jarak tanam antara 100 X 100 cm. Bibit yang telah disiapkan pada plastik langsung dimasukkan ke lubang tanam dan ditutup dengan tanah sampai rata. Agar bibit yang ditanam tumbuh dengan baik maka harus dijaga kelembabannya sampai bibit benar-benar tumbuh dengan baik dengan cara memberikan pengairan yang cukup.
3. Pemeliharaan.
Pemeliharaan terutama dengan pemupukan, pengairan, penyiangan, pandangiran dan pemberantasan hama penyakit.
4. Panen
Panen Jati Belanda dilakukan dengan cara memotong ranting tanaman dengan gunting tanaman atau sabit, kemudian daun dipetik dan dikumpulkan dalam wadah, selanjutnya ditimbang untuk mengetahui hasil produksinya.
5. Pascapanen.
Hasil panen dilakukan perempelan, sortasi, penyucian, penirisan, pengeringan. Bahan yang disortasi untuk memisahkan bahan asing yang melekat. Setelah bahan bersih dari pencemaran kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari sampai kering konstan. Bahan yang sudah kering kemudian dikemas dalam kantong plastik dan ditutup rapat.
6. Produksi
Produksi daun Jati Belanda yang di tanam dengan jarak 1 X 1 m menghasilkan daun produksi kering 12.226 kg/ha. Semakin tua tanaman akan semakin banyak produksinya.
FITOKIMIA.
Daun Jati Belanda mengandung triterpan, atau sterol, alkaloid, saponin, cardenolin dan bufadienol, flavonoid, tanin dan polofenol, antrakinon.
Sumber : BPTO (Balai penelitian Tanaman Obat) Tawangmangu Karanganyar Jawa Tengah.
0 komentar:
Posting Komentar